PENDIDIKAN DAN NILAI SOSIAL
BUDAYA
Ing ngarso sung tulodo (di depan
memberi contoh)
Ing madya mangun karsa (di tengah
memberi semangat)
Tut wuri handayani (di belakang
memberi dorongan)
Pendidikan dan
pengajaran adalah sebuah proses memanusiakan manusia, sehingga harus
memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan manusia baik secara fisik,
mental, jasmani, maupun rohani. Pendidikan dan pengajaran merupakan proses
memanusiakan manusia artinya melalui pendidikan seseorang ditempah menjadi
pribadi yang lebih baik, mengerti akan kebutuhan dirinya, paham akan keadaan
lingkungannya, dan mampu bertindak atau mengambil keputusan dalam menyelesaikan
setiap masalah yang dihadapinya. Sedangkan pengajaran, melalui pengajaran
seseorang dapat mendidik atau memanusiakan manusia, menuntun dan membimbing
oranglain menjadi lebih baik, mengajarkan apa yang telah dimiliki kepada orang
lain dan berbagi ilmu sekaligus mengembangkannya. Proses memanusiakan manusia
melalui pengajaran juga telah diterangkan dalam hadist HR. Bukhari yakni
"sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat". berdasarkan hadist
tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap manusia memiliki hak untuk memperoleh
pendidikan dan memiliki kewajiban untuk menyampaikan/mengajarkan pendidikan
tersebut kepada orang lain walau sekecil apapun.
Menurut Ki Hajar
Dewantara, pendidikan adalah menuntun yakni membimbing peserta didik sesuai
dengan kemampuannya agar tercapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan dilakukan bukan hanya mengembangkan pengetahuan peserta didik,
tetapi juga mengembangkan sikap, budi pekerti dan keterampilan yang dimiliki
oleh peserta didik. Pendidikan di Indonesia saat ini sudah mempusatkan pada
peserta didik maksudnya setiap proses pembelajaran didasarkan pada kebutuhan
dan minat anak sehingga mencapai hasil yang memuaskan dan menciptakan
kebahagiaan pada anak setinggi-tingginya.
Sebelum
mempelajari topik ini saya percaya bahwa masing-masing peserta didik memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang berbeda-beda. Hal tersebut
mengharuskan pendidik untuk mengenali masing-masing karakteristik peserta
didik, merancang perencanaan pembelajaran sesuai dengan karakter peserta didik
dan melaksanakan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
sebagaimana seharusnya. Proses pembelajaran dan suasana kelas yang mencerminkan
pemikiran Ki Hajar Dewantara secara konkret sesuai dengan konteks lokal sosial
budaya dan kelas ialah diterapkannya Seudati (Sehari berbudaya pasti Aceh) dimana
peserta didik mampu mengembangkan keterampilan yang dimiliki seperti mengembangkan
dan menampilkan tarian-tarian Aceh dan memperkenalkan masakan Aceh. Selain itu
pendidik sudah memberdayakan sistem merdeka belajar dalam proses belajar
mengajar.
Setelah
mempelajari dasar-dasar pendidikan Ki Hajar dewantara saya lebih memahami apa
saja hal yang harus diperhatikan oleh guru sebagai pendidik. Adapun hal yang
harus diperhatikan oleh pendidik sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara
ialah sebagai pendidik harus menuntun, mampu mengembangkan budi pekerti peserta
didik, memusatkan pendidikan kepada peserta didik, membebaskan peserta didik
dalam berpendapat dan melakukan apapun, serta menyesuaikan antara kodrat alam
dan kodrat zaman (kodrat alam maksudnya
kondisi anak yang sejak lahir dipengaruhi oleh kultur budaya dan lingkungan tempat
anak berada, sedangkan kodrat zaman maksudnya pendidik harus membekali
keterampilan kepada peserta didik sesuai dengan perkembangan zamannya).
Berdasarkan materi
pembelajaran terkait pemikiran Ki Hajar dewantara, saya akan menerapkan sistem
merdeka belajar di sekolah baik ketika praktk pengalaman lapangan (PPL) maupun
ketika nanti mengajar sebagai seorang guru. Merdeka belajar maksudnya
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik, memberi
kebebasan kepada peserta didik (kebebasan berpendapat, kebebasan mengembangkan
pengerahuan, kebebasan mengembangkan keterampilan), menyesuaikan antara
pembelajaran, kodrat alam dan kodrat zaman.